Indigo hadirkan workshop AI dan kewirausahaan digital bagi pelajar SMK St. Yosefa Labuan Bajo
Ketimpangan literasi digital di kalangan pelajar di kawasan timur Indonesia masih menjadi tantangan besar di tengah percepatan transformasi teknologi nasional. Sementara akal imitasi (AI), dan digitalisasi terus mendominasi berbagai sektor, banyak pelajar yang belum memiliki akses maupun pemahaman dasar tentang cara kerja teknologi ini dan bagaimana memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun peluang usaha. Minimnya pendampingan serta belum terintegrasinya penguasaan teknologi dalam kurikulum menjadi penyebab utama jurang kesenjangan ini semakin lebar.
Merespons kondisi tersebut, Telkom Indonesia melalui Indigo penyelenggaraan Workshop Digitalisasi, AI, dan Lean Canvas di SMK St. Yosefa Labuan Bajo pada 16 dan 17 Juni 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian AI Connect yang berfokus pada edukasi teknologi dan kewirausahaan digital. Workshop ini menyasar pelajar jurusan Desain Komunikasi Visual dan Tata Busana dengan tujuan membuka wawasan mereka terhadap peluang baru di tengah perkembangan teknologi yang pesat.
Workshop ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga menekankan pada praktik dan pendekatan yang relevan dengan keseharian siswa. Sebanyak 61 siswa kelas XI dan XII dari dua jurusan tersebut diperkenalkan pada konsep dasar akal imitasi dan pemanfaatan digitalisasi di lingkungan sekolah. Melalui simulasi kelompok bertajuk “Aku Founder Startup, Maka Aku…”, para peserta diajak mengidentifikasi masalah di sekitar mereka, dan menyusun solusi berbasis teknologi menggunakan metode Lean Canvas. Seluruh rangkaian difasilitasi oleh Mershinta Rahmadani, Business and Community Lead Indigospace Labuan Bajo, dengan dukungan para guru SMK St. Yosefa.
Lebih dari sekadar pengenalan teknologi, kegiatan ini juga menekankan pentingnya pola pikir inovatif sejak dini. “Kami ingin para siswa menyadari bahwa digitalisasi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal pola pikir yang inovatif. AI bukan lagi masa depan yang jauh, karena kehadirannya sudah kita rasakan sekarang. Bekal literasi digital dan keberanian mencoba harus dimulai dari bangku sekolah,” ujar Patricia Eugene Gasperz, Senior Manager Indigo. Patricia juga menekankan pentingnya menghubungkan teknologi dengan konteks lokal agar transformasi digital bisa berjalan inklusif dan menyentuh generasi muda di daerah.
Hasil dari workshop ini menunjukkan bahwa ketika diberikan ruang, siswa mampu menyampaikan ide dengan percaya diri dan relevan dengan kebutuhan komunitasnya. Menurut Mershinta, banyak peserta berhasil merumuskan gagasan kuat yang berangkat dari isu sekitar dan memadukannya dengan pendekatan teknologi. Manfaat kegiatan ini tak hanya dirasakan oleh siswa, tetapi juga menjadi contoh pendekatan pendidikan yang kontekstual, aplikatif, dan berkelanjutan.
Melalui rangkaian AI Connect, Telkom Indonesia berharap dapat memperluas jangkauan literasi digital dan kewirausahaan hingga ke daerah-daerah yang selama ini belum banyak tersentuh. Lewat program Indigo, Telkom Indonesia berkomitmen menghadirkan lebih banyak ruang belajar yang memberdayakan generasi muda untuk tidak hanya melek teknologi, tetapi juga siap menciptakan solusi dari daerah, untuk Indonesia yang lebih digital, inklusif, dan berdaya saing.
Artikel ini juga tayang di vritimes